Tugas Soft Skill
Konferensi Asia Afrika
Nama : Afif Haikal
Kelas : 2DB04
NPM : 30113288
KONFERESI
ASIA AFRIKA
Latar
Belakang KAA
Konferensi Tingkat Tinggi
Asia–Afrika atau disisngkat KAA, adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia
dan Afrika, yang negaranya baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA
diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu
Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia
pada zaman Presiden Soekarno yaitu Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18
April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan
kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara
imperialis lainnya.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk
dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang
mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk
mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi
Asia pada masa Perang Dingin, kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara
Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat, keinginan mereka untuk
membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka
dan pihak Barat, penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh
Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair dan
keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan
Belanda mengenai Irian Barat. Konferensi ini akhirnya membawa kepada
terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang
disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai
dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini
memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal
Nehru dimana berisi:
1.
Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang
termuat di dalam piagam
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
2.
Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui
persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
4. Tidak
melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara
lain
5.
Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara
sendirian ataupun kolektif yang
sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak
menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak
bagi kepentingan khusus
dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
7. Tidak
melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan
kekerasan terhadap integritas wilayah
maupun kemerdekaan politik suatu negara
8.
Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai,
seperti perundingan, persetujuan,
arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya,
menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
9.
Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10.
Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional
History
KAA
23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo
(Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama
antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.
25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan
Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India,
Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini
Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.
28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan
masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan
ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang
akan diundang.
18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika
berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh
Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari
persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.
Pertemuan
kedua (2005)
Untuk memperingati lima
puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara
negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan
baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan
itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu.
Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika
2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama
Strategis Asia-Afrika yang Baru), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika
menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang
kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan
para rakyat Asia dan Afrika.
KAA
Bandung
Terkait kepastian para kepala negara yang akan hadir dalam
KAA, sampai saat ini sudah ada 72 kepala negara yang menyatakan kesiapan hadir
dalam KAA. Kementerian Luar Negeri memastikan 72 negara telah mengonfirmasi
kehadirannya. KAA ke-60 akan dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23
April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi "Asia-Afrika
Bussiness Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa
Indonesia dalam acara yang akan dihadiri 109 pemimpin negara dan 25 organisasi
internasional tersebut adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan
Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.
Negara Yang Ikut Serta
Afganistan, Arab Saudi, Burma/ Myanmar
(sekarang Myanmar), Ceylon (sekarang Sri Lanka), Republik Rakyat Tiongkok, Ethiopia,
India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Mesir,
Nepal, Pakistan, Filipina, Siprus 1, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Republik
Demokratik Vietnam, Negara Vietnam (Republik Vietnam), Kerajaan Mutawakkilīyah
Yaman, Yordania
Hasil
KAA Bandung
Pesan Bandung berisi
target-target yang harus dicapai serta rencana kerjasama yang akan dijalin
negara Asia Afrika, mulai dari isu demokrasi, HAM, pemerintahan, sampai
reformasi PBB. Konferensi Asia Afrika lanjut Jokowi juga mendorong tercapainya
kerjasama yang saling menguntungkan agar dapat menjembatani kesenjangan
pembangunan di kawasan dan merealisasikan kemerdekaan Palestina.
Konferensi tersebut
tambahnya juga berhasil menyusun kerangka operasional mekanisme pemantauan atas
implementasi tiga dokumen tersebut. Para Menteri Luar Negeri kata Jokowi
diminta untuk melakukan pertemuan dua tahun sekali disela-sela sidang umum PBB
untuk membahas perkembangan hasil konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta.
Negara-negara
Konferensi Asia Afrika lanjut Jokowi juga sepakat dan siap membantu Palestina
dalam pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia dan kelembagaan bagi
Palestina.
“Pentingnya penguatan kerjasama selatan-selatan
melalui inisiatif dan program pengembangan kapasitas kerjasama teknis.
Negara-negara di sekitar ekuator mempunyai peran sentral untuk memperkuat
kerjasama ini. Tentu saja Palestina memperoleh perhatian khusus selain
adopsinya deklarasi khusus mengenai Palestina dan dukungan peserta bagi
kemerdekaan Palestina,” kata Jokowi.
Lebih lanjut Jokowi
mengatakan sidang konferensi Asia Afrika juga sepakat menetapkan 24 April
sebagai hari Asia Afrika dan menetapkan Bandung sebagai ibukota solidaritas
Asia Afrika.
Sidang di Konferensi
Asia Afrika tambah Jokowi telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kondisi
kehidupan dunia masih tidak seimbang dan jauh dari keadilan dan perdamaian.
“Dalam rangka peringatan 60 tahun KAA, faktor
hubungan antar masyarakat, hubungan antar pelaku bisnis dan upaya kerjasama
budaya akan lebih terlihat,” papar Jokowi.
Presiden Jokowi
mengatakan para peserta Konferensi Asia Afrika juga mendukung berdirinya Asia
Afrika Center di Indonesia.
Menurut Menteri Luar
Negeri Retno Marsudi, Asia Afrika Center atau pusat kajian kerja sama
negara-negara Asia dan Afrika akan memberikan banyak potensi baik, khususnya
dalam melakukan evaluasi hubungan bilateral maupun multilateral yang terjalin
antara negara-negara pesertanya.
Dia mengatakan,
negara-negara yang turut serta dalam Konferensi Asia Afrika bisa menjadikan pusat
kajian ini sebagai wadah bertukar informasi serta tempat diskusi untuk mengulas
kerja sama terkait potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sosial maupun
teknologi unggulan di berbagai sektor.
Dari informasi itu
tambahnya setiap pemerintah negara anggota akan memiliki pegangan jelas terkait
keputusan kerja sama yang akan dijalankan, sehingga diharapkan keuntungannya
dapat dirasakan kedua belah pihak.
Presiden Zimbabwe
Robert Mugabe dalam pidato penutupnya menyoroti pentingnya kerjasama yang telah
digagas sejak 1955 oleh negara-negara Asia Afrika.
“Konferensi Asia Afrika ini akan menjadi sejarah
bagi kita. Dan orang-orang akan mendapatkan semangat Bandung seperti di tahun
1955,” ujar Mugabe.
Dalam pembukaan
konferensi Asia Afrika, Mugabe mengatakan menilai negara-negara di Asia dan
Afrika telah menderita ketertinggalan dari negara-negara Barat karena
penjajahan di masa lalu. Ia mengakui bahwa negara-negara Asia telah mampu
berkembang lebih baik dari negara-negara Afrika setelah melewati masa
penjajahan.
Presiden Mugabe
menyayangkan sistem yang ada di dalam PBB yang tidak melihat suara
negara-negara di Asia Afrika. Menurutnya, sistem PBB tidak berlaku adil kepada
semua negara-negara anggotanya, dengan mendahulukan suara dari negara-negara
anggota permanen Dewan Keamanan (DK PBB).
Delegasi peserta
Konferesi Asia Afrika (KAA) akan melanjutkan peringatan 60 tahun di Bandung
hari ini, Jumat (24/4).
Pengaruh KAA Terhadap
Bangsa Eropa
Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di
Asia dan Afrika, Konferensi Asia-Afrika juga menimbulkan dampak yang penting
dalam perkembangan dunia terutama negar-negara Eropa. Pengaruh atau dampak itu,
antara lain sebagai berikut:
- Konferensi Asia-Afrika mampu menjadi
penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan
akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
- Gagasan Konferensi Asia-Afrika
berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
- Politik bebas aktif yang
dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar) dan Sri Lanka tampak mulai diikuti
oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
- Belanda cemas dalam menghadapi
kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut
mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
Referensi :
http://pengaruhkonferensiasiaafrika.blogspot.com/2015/05/konferensi-asia-afrika-dan-pengaruhnya.html
http://news.liputan6.com/read/2212836/72-negara-pastikan-ikut-kaa-di-jakarta-bandung
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/3-kesepakatan-dari-hasil-konferensi-asia-afrika-3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar