Selasa, 09 Juni 2015

Konferensi Asia Afrika

Tugas Soft Skill

Konferensi Asia Afrika
  



Nama : Afif Haikal
Kelas : 2DB04
NPM : 30113288


KONFERESI ASIA AFRIKA

Latar Belakang KAA

Konferensi Tingkat Tinggi Asia–Afrika atau disisngkat KAA, adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang negaranya baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia pada zaman Presiden Soekarno yaitu Sunario. Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
                Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang Dingin, kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok dan Amerika Serikat, keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat, penentangan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan kolonial perancis di Aljazair dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat. Konferensi ini akhirnya membawa kepada terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.

                Sepuluh poin hasil pertemuan ini kemudian tertuang dalam apa yang disebut Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi kerusuhan dan kerjasama dunia". Dasasila Bandung ini memasukkan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB dan prinsip-prinsip Jawaharlal Nehru dimana berisi:

1.    Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
2.    Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3.    Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
4.    Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain
5.    Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun        kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6.    Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi               kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
7.    Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan   terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
8.    Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan,         persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut         pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
9.    Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10.  Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

History KAA

23 Agustus 1953 - Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika dalam perdamaian dunia.

25 April–2 Mei 1954 - Berlangsung Persidangan Kolombo di Sri Lanka. Hadir dalam pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar), dan Indonesia. Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlunya adanya Konferensi Asia-Afrika.

28–29 Desember 1954 - Untuk mematangkan gagasan masalah Persidangan Asia-Afrika, diadakan Persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan, serta siapa saja yang akan diundang.

18–24 April 1955 - Konferensi Asia-Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung. Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan Dasasila Bandung.

Pertemuan kedua (2005)

Untuk memperingati lima puluh tahun sejak pertemuan bersejarah tersebut, para Kepala Negara negara-negara Asia dan Afrika telah diundang untuk mengikuti sebuah pertemuan baru di Bandung dan Jakarta antara 19-24 April 2005. Sebagian dari pertemuan itu dilaksanakan di Gedung Merdeka, lokasi pertemuan lama pada 50 tahun lalu. Sekjen PBB, Kofi Annan juga ikut hadir dalam pertemuan ini. KTT Asia–Afrika 2005 menghasilkan NAASP (New Asian-African Strategic Partnership, Kerjasama Strategis Asia-Afrika yang Baru), yang diharapkan akan membawa Asia dan Afrika menuju masa depan yang lebih baik berdasarkan ketergantungan-sendiri yang kolektif dan untuk memastikan adanya lingkungan internasional untuk kepentingan para rakyat Asia dan Afrika.


KAA Bandung

Terkait kepastian para kepala negara yang akan hadir dalam KAA, sampai saat ini sudah ada 72 kepala negara yang menyatakan kesiapan hadir dalam KAA. Kementerian Luar Negeri memastikan 72 negara telah mengonfirmasi kehadirannya. KAA ke-60 akan dilaksanakan di 2 kota yaitu Jakarta pada 19-23 April dan Bandung pada 24 April. Agenda KAA meliputi "Asia-Afrika Bussiness Summit" dan "Asia-Africa Carnival". Tema yang dibawa Indonesia dalam acara yang akan dihadiri 109 pemimpin negara dan 25 organisasi internasional tersebut adalah peningkatan kerja sama negara-negara di kawasan Selatan, kesejahteraan, serta perdamaian.

Negara Yang Ikut Serta

Afganistan, Arab Saudi, Burma/ Myanmar (sekarang Myanmar), Ceylon (sekarang Sri Lanka), Republik Rakyat Tiongkok, Ethiopia, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Mesir, Nepal, Pakistan, Filipina, Siprus 1, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Republik Demokratik Vietnam, Negara Vietnam (Republik Vietnam), Kerajaan Mutawakkilīyah Yaman, Yordania

Hasil KAA Bandung

Pesan Bandung berisi target-target yang harus dicapai serta rencana kerjasama yang akan dijalin negara Asia Afrika, mulai dari isu demokrasi, HAM, pemerintahan, sampai reformasi PBB. Konferensi Asia Afrika lanjut Jokowi juga mendorong tercapainya kerjasama yang saling menguntungkan agar dapat menjembatani kesenjangan pembangunan di kawasan dan merealisasikan kemerdekaan Palestina.

Konferensi tersebut tambahnya juga berhasil menyusun kerangka operasional mekanisme pemantauan atas implementasi tiga dokumen tersebut. Para Menteri Luar Negeri kata Jokowi diminta untuk melakukan pertemuan dua tahun sekali disela-sela sidang umum PBB untuk membahas perkembangan hasil konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta.

Negara-negara Konferensi Asia Afrika lanjut Jokowi juga sepakat dan siap membantu Palestina dalam pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia dan kelembagaan bagi Palestina.
“Pentingnya penguatan kerjasama selatan-selatan melalui inisiatif dan program pengembangan kapasitas kerjasama teknis. Negara-negara di sekitar ekuator mempunyai peran sentral untuk memperkuat kerjasama ini. Tentu saja Palestina memperoleh perhatian khusus selain adopsinya deklarasi khusus mengenai Palestina dan dukungan peserta bagi kemerdekaan Palestina,” kata Jokowi.

Lebih lanjut Jokowi mengatakan sidang konferensi Asia Afrika juga sepakat menetapkan 24 April sebagai hari Asia Afrika dan menetapkan Bandung sebagai ibukota solidaritas Asia Afrika. 
Sidang di Konferensi Asia Afrika tambah Jokowi telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang dan jauh dari keadilan dan perdamaian.
“Dalam rangka peringatan 60 tahun KAA, faktor hubungan antar masyarakat, hubungan antar pelaku bisnis dan upaya kerjasama budaya akan lebih terlihat,” papar Jokowi.
Presiden Jokowi mengatakan para peserta Konferensi Asia Afrika juga mendukung berdirinya Asia Afrika Center di Indonesia.
Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Asia Afrika Center atau pusat kajian kerja sama negara-negara Asia dan Afrika akan memberikan banyak potensi baik, khususnya dalam melakukan evaluasi hubungan bilateral maupun multilateral yang terjalin antara negara-negara pesertanya.
Dia mengatakan, negara-negara yang turut serta dalam Konferensi Asia Afrika bisa menjadikan pusat kajian ini sebagai wadah bertukar informasi serta tempat diskusi untuk mengulas kerja sama terkait potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, sosial maupun teknologi unggulan di berbagai sektor.
Dari informasi itu tambahnya setiap pemerintah negara anggota akan memiliki pegangan jelas terkait keputusan kerja sama yang akan dijalankan, sehingga diharapkan keuntungannya dapat dirasakan kedua belah pihak.
Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dalam pidato penutupnya menyoroti pentingnya kerjasama yang telah digagas sejak 1955 oleh negara-negara Asia Afrika.
“Konferensi Asia Afrika ini akan menjadi sejarah bagi kita. Dan orang-orang akan mendapatkan semangat Bandung seperti di tahun 1955,” ujar Mugabe.
Dalam pembukaan konferensi Asia Afrika, Mugabe mengatakan menilai negara-negara di Asia dan Afrika telah menderita ketertinggalan dari negara-negara Barat karena penjajahan di masa lalu. Ia mengakui bahwa negara-negara Asia telah mampu berkembang lebih baik dari negara-negara Afrika setelah melewati masa penjajahan.
Presiden Mugabe menyayangkan sistem yang ada di dalam PBB yang tidak melihat suara negara-negara di Asia Afrika. Menurutnya, sistem PBB tidak berlaku adil kepada semua negara-negara anggotanya, dengan mendahulukan suara dari negara-negara anggota permanen Dewan Keamanan (DK PBB).
Delegasi peserta Konferesi Asia Afrika (KAA) akan melanjutkan peringatan 60 tahun di Bandung hari ini, Jumat (24/4).

 Pengaruh KAA Terhadap Bangsa Eropa

                Selain membawa pengaruh bagi solidaritas dan perjuangan kemerdekaan bangsa di Asia dan Afrika, Konferensi Asia-Afrika juga menimbulkan dampak yang penting dalam perkembangan dunia terutama negar-negara Eropa. Pengaruh atau dampak itu, antara lain sebagai berikut:
- Konferensi Asia-Afrika mampu menjadi penengah dua blok yang saling berseteru sehingga dapat mengurangi ketegangan akibat Perang Dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka.
- Gagasan Konferensi Asia-Afrika berkembang lebih luas lagi dan diwujudkan dalam Gerakan Non Blok.
-  Politik bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Burma (Myanmar) dan Sri Lanka tampak mulai diikuti oleh negara-negara yang tidak bersedia masuk Blok Timur ataupun Blok Barat.
- Belanda cemas dalam menghadapi kelompok Asia Afrika di PBB sebab dalam Sidang Umum PBB, kelompok tersebut mendukung tuntutan Indonesia atas kembalinya Irian Barat ke pangkuan RI.
  
Referensi :

http://news.liputan6.com/read/2212836/72-negara-pastikan-ikut-kaa-di-jakarta-bandung

http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/04/3-kesepakatan-dari-hasil-konferensi-asia-afrika-3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar